SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BAB 8 METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM
BAB 8
METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM
SIKLUS HIDUP SISTEM
Siklus Hidup Sistem adalah (system life cycle) adalah metode pengembangan
sistem informasi yang paling tua. Metodologi siklus hidup adalah pendekatan
bertahap untuk membangun sistem, membagi pengembangan sistem menjadi
tahapan-tahapan yang fomal. Metodologi siklus hidup sistem membagi tenaga kerja
secara formal, antara pengguna akhir dan spesialis sistem informasi. Spesialis
teknis, seperti analisis sistem dan programer, bertanggung jawab atas pekerjaan
analisis sistem, perancanaan dan implementasi; pengguna akhir terbatas hanya
memberikan kebutuhan informasinya dan menilai hasil pekerjaan staf teknis.
Siklus hidup juga menekankan spesifikasi formal dan pencatatan, banyak sekali
dokumen yang dibuat selama suatu proyek sistem berjalan.
Pendekatan siklus hidup sistem membutuhkan biaya besar, memakan banyak
waktu, dan tidak fleksibel. Siklus hidup sistem pada dasarnya merupakan
pendekatan “air terjun” dimana tugas-tugas dalam satu tahapan diselesaikan
sebelum pekerjaan pada tahapan selanjutnya dimulai. Aktivitas dapat diulangi,
tetapi banyak sekali dokumen baru yang harus dibuat dan langkah yang harus
diulangi jika kebutuhan dan spesifikasi perlu direvisi. Pendekatan siklus hidup
juga tidak cocok untuk banyak sistem desktop kecil, yang cenderung tidak
terlalu terstruktur dan lebih individual.
Implementasi sistem informasi berbasis komputer
merupakan aktivitas yang berskala luas yang melibatkan orang dan fasilitas yang
banyak, uang dan peralatan dalam jumlah yang besar, dan waktu yang
panjang. Perencanaan Sistem Informasi Berbasis Komputer (SIBK) juga mempunyai
manfaat, yaitu:
Ø Menentukan lingkup dari proyek
Unit organisasi,
kegiatan atau sistem manakah yang terlibat dan mana yang tidak? Hal tersebut
akan memberikan perkiraan awal dari skala sumber daya yang diperlukan.
Ø Mengenali berbagai area permasalahan
potensial
Akan menunjukkan
hal-hal yang mungkin tidak berjalan dengan semestinya, sehingga hal tersebut
dapat dicegah.
Ø Mengatur urutan tugas
Banyak tugas-tugas
terpisah yang diperlukan untuk mencapai sistem. Tugas tersebut diatur dalam
urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan agar efisien.
Ø Memberikan dasar untuk pengendalian
1. Tahap Perencanaan
Langkah-langkahnya perencanaan:
·
Menyadari masalah
Kebutuhan akan proyek CBIS biasanya
dirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer, dan elemen-elemen dalam
lingkungan perusahaan.
·
Mendefinisikan masalah
Setelah manajer menyadari adanya
masalah, ia harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasi permasalah
tersebut.Ia melakukan identifikasi dimana letak permasalahannya, penyebabnya
dan berusahan mengumpulkan semua informas
·
Menentukan tujuan system
Manajer dan analis sistem mengembangkan
suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem untuk memuaskan
pemakai. Sehingga tujuan hanya dinyatakan secara umum, yang nantinya akan
dibuat lebih spesifik
·
Mengidentifikasi kendala sistem
Sistem baru dalam pengoperasiannya tidak
bebas dari kendala. Beberapa kendala mungkin ditimbulkan oleh lingkungan
·
Membuat studi kelayakan
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan
seklias pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk
mencapai tujuan yang diinginkan
·
Menyiapkan usulan penelitian sistem
Jika suatu sistem dan proyek tampak layak, diperlukan penelitian sistem
secara menyeluruh
·
Menyetujui atau menolak penelitian
Manajer dan komite pengarah menimbang
pro dan kontra proyek dan rancangan sistem yang diusulkan, serta menentukan
apakah perlu diteruskan atau dihentikan
·
Menetapkan mekanisme pengendalian
Sebelum penelitian sistem dimulai, SC
MIS menetapkan pengendalian proyek dengan menentukan apa yang harus dikerjakan,
siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilaksanakan
2. Tahap Analisis
Adapun tahapannya yaitu :
·
Mengumumkan Penelitian Sistem
Manajer khawatir terhadap penerapan aplikasi komputer
baru yang mempengaruhi kerja para pegawainya
·
Mengorganisasikan Tim Proyek
Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem
dikumpulkan. Agar proyek berhasil, pemakai sangat perlu berperan aktif daripada
berperan pasif. Banyak perusahaan mempunyai kebijakan menjadikan pemakai
sebagai pemimpin proyek dan bukannya spesialis informasi
·
Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
Analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan
terlibat dalam berbagai kegiatan pengumpulan informasi (wawancara, pemgamatan,
pencarian catatan, dan survei)
·
Mendefinisikan Kriteria Kinerja Sistem
Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara
tepat apa yang harus dicapai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja system
·
Menyiapkan Usulan Rancangan
Analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk
membuat keputusan teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini
manajer harus menyetujui tahap rancangan dan kungan bagi keputusan tersebut
termasuk di dalam usulan rancangan.
·
Menerima atau Menolak Proyek Rancangan
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan
dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa
kasus, tim mungkin diminta melakukan analisis lain dan menyerahkannya kembali
atau mungkin proyek ditinggalkan. Jika disetujui, proyek maju ke tahap
rancangan.
3. Tahap Perancangan
Langkah-langkah
tahapan rancangan yaitu :
·
Menyiapkan rancangan sistem yang
terinci
Beberapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan
dokumentasi secara top-down, dimulai dengan gambaran besar dan
secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top-down ini
merupakan ciri rancangan terstruktur(structured design),
yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem
·
Mengidentifikasi berbagai alternatif
konfigurasi sistem
Analis mengidentifikasi konfigurasi – bukan merek atau
model – peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem
dalam menyelesaikan pemrosesan. Identifikasi merupakan suatu proses berurutan,
dimulai dengan berbagai kombinasi yang dapat menyelesaikan setiap tugas
·
Mengevaluasi berbagai alternatif
konfigurasi sistem
Analis bekerja sama dengan manajer mengevaluasi
berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan
subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada
·
Mimilih konfigurasi terbaik
Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan
menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu
konfigurasi tunggal. Setelah selesai, analis membuat rekomendasi kepada manajer
untuk disetujui. Bila manajer menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan
selanjutnya dilakukan oleh SC MIS
·
Menyiapkan usulan penerapan
Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation
proposal) yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan,
keuntungan yang diharapkan, dan biayanya
·
Menyetujui atau menolak penerapan
sistem
Keputusan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah
penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang telibat.
Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan
akan disetujui
4. Tahap Penerapan
Adapun tahapannya yaitu :
·
Merencanakan penerapan;
Manajer dan spesialis informasi harus memahami dengan
baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem dan untuk
mengembangkan rencana penerapan yang sangat rinci.
·
Mengumumkan penerapan;
Proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan
cara yang sama pada penelitian sistem. Tujuannya adalah untuk menginformasikan
kepada para pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta
kerjasama mereka.
·
Mendapatkan sumber daya perangkat keras;
Rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai
jenis perangkat keras yang terdapat pada konfigurasi sistem yang disetujui
·
Mendapatkan sumber daya perangkat lunak;
Ketika perusahaan memutuskan untuk menciptakan sendiri
perangkat lunak aplikasinya, programmer menggunakan dokumentasi yang disiapkan
oleh analis sistem sebagai titik awal
·
Menyiapkan database;
Pengelola database (database administrator –
DBA) bertanggung jawab untuks emua kegiatan ynag berhubungan dengan data, dan
mencakup persiapan database
·
Menyiapkan fasilitas fisik
Jika perangkat keras dan sistem baru tidak sesuai
dengan fasilitas yang ada, perlu dilakukan konstruksi baru atau perombakan
·
Mendidik peserta dan pemakai;
Sistem baru kemungkinan besar akan mempengaruhi banyak
orang. Beberapa orang akan membuat sistem bekerja. Mereka disebut dengan
peserta, yang meliputi operator entry data, pegawai coding,
dan pegawai administrasi lainnya.
·
Menyiapkan usulan cutover;
Proses menghentikan penggunaan sistem lama dan memulai
menggunakan sistem baru disebut cutover. Ketika seluruh pekerjaan
pengembangan hampir selesai , tim proyek merekomendasikan kepada manajer agar
dilaksanakan cutover (dalam memo atau laporan lisan)
·
Menyetujui atau menolak masuk ke sistem
baru;
Manajer dan SC MIS menelaah status proyek dan
menyetujui atau menolak rekomendasi tersebut. Bila manajemen menyetujui maka
manajemen menentukan tanggal cutover
·
Masuk ke sistem baru.
Ada 4 pendekatan dasar (cutover),
yaitu :
a.
Percontohan (pilot) yaitu suatu sistem percobaan yang diterapkan
dalam satu subset dari keseluruhan operasi.
b.
Serentak (immediate) merupakan pendekatan yang paling sederhana
yakni beralih dari sistem lama ke sistem baru pada saat yang ditentukan.
c.
Bertahap (phased), sistem baru digunakan berdasarkan bagian per
bagian pada suatu waktu.
d.
Paralel (parallel), mengharuskan sistem lama dipertahankan
sampai sistem baru telah diperiksa secara menyeluruh. Akan memberikan pengamanan
yang paling baik terhadap kegagalan tetapi yang paling mahal, karena kedua
sumber daya harus dipertahankan.
5. Tahap
Penggunaan
Tahap penggunaan terdiri dari 5 langkah, yaitu :
·
Menggunakan system
Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang
diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
·
Audit system
Setelah sistem baru mapan, penelitian formal dilakukan
untuk menentukan seberapa baik sistem baru itu memenuhi kriteria kinerja. Studi
tersebut dikenal dengan istilah penelaahan setelah penerapan (post
implementation review). Hasil audit dilaporkan kepada CIO, SC MIS dan pemakai.
Proses tersebut diulangi, mungkin setahun sekali, selama penggunaan sistem
berlanjut.
·
Memelihara sistem
Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi
dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan. Modifikasinya
disebut pemeliharaan sistem (sistem maintenance).
·
Menyiapkan usulan rekayasa ulang
Ketika sudah jelas bagi para pemakai dan spesialis
informasi bahwa sistem tersebut tidak dapat lagi digunakan, diusulkan kepada SC
MIS bahwa sistem itu perlu direkayasa ulang (reengineered). Usulan itu
dapat berbentuk memo atau laporan yang mencakup dukungan untuk beralih pada
suatu siklus hidup sistem baru. Dukungan tersebut mencakup penjelasan tentang
kelemahan inheren sistem, statistik mengenai biaya perawatan, dan lain-lain.
·
Menyetujui atau menolak rekayasa ulang
sistem
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan
rekayasa ulang sistem dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau
tidak.
MENEMPATKAN SIKLUS HIDUP SISTEM DALAM
PERSPEKTIF
Siklus hidup sistem
merupakan metodologi tertua dalam bidang komputer. Pembuat sistem yang paling
awal telah menyadari perlunya pertama merencanakan, kemudian menganalisis, lalu
merancang dan kemudian menerapkan. Namun masalahnya, porsi perkembangan dari SLC,
yaitu Sistem Development Life Cycle (SDLC) lebih sesuai pada
masa awal-awal komputer dibanding saat ini. Sebagai suatu cara untuk memberi
respon yang lebih baik bagi kebutuhan pemakai, spesialis informasi telah
membuat modifikasi pada SDLC sehingga waktu yang diperlukan untuk menerapkan
sistem dikurangi. Dari banyak modifikasi yang dicaba, dua hal yang mendapatkan
banyak perhatian. Kedua hal tersebut adalah Prototyping dan Rapid
Application Development (RAD).
PROTOTYPING
Prototyping adalah proses menghasilkan sebuah prototipe. Prototipe memberikan ide
bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem akan berfungsi dalam
bentuk lengkapnya. Terdapat 2 jenis prototipe. Prototipe Jenis I sesungguhnya
akan menjadi sistem operasional. Prototipe Jenis II merupakan
suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem
operasional.
Pemakai maupun
spesialis informasi menyukai prototyping dengan alasan sebagai berikut:
·
Komunikasi antar analis sistem dan
pemakai membaik
·
Analis dapat bekerja lebih baik dalam
menentukan kebutuhan pemakai
·
Pemakai berperan lebi aktif dalam
pengembangan sistem
·
Spesialisai informasi dan pemakai
menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam mengembangkan sistem
·
Penerapan menjadi lebih mudah karena
pemakai mengetahui apa yang diharapkan
Akan tetapi prototyping bukan tanpa
potensi kegagalan. Adapun kegagalan-kegagaln tersebut antara lain:
·
Ketergesaan untuk membuat prototipe
mungkin menghasilkan jalan pintas dalam efisiensi permasalahan, evaluasi
alternatif dan dokumentasi
·
Pemakai mungkin begitu tertarik dengan
prototipe sehingga mereka mengharapkan sesuatu yang tidak realistis dari suatu
sistem operasional
·
Prototipe Jenis I mungkin tidak
seefisien sistem yang dikodekan dalam bahasa pemrograman
·
Hubungan komputer-manusia yang
disediakan oleh peralatan prototyping tertentu mungkin tidak mencerminkan
teknik perancangan yang baik
RAPID APPLICATION DEVELOPMENT (RAD)
RAD adalah seperangkat strategi,
metodologi dan peralatan yang terintegrasi yang ada dalam suatu kerangka kerja
menyeluruh yang disebut information engineering. Metodologi ini
mempunyai tujuan yang sama seperti prototyping, yaitu memberikan respon yang
cepat pada kebutuhan pemakai tetapi dengan lingkup yang lebih luas.
Rapid application development sadalah
suatu istilah yang dibuat oleh James Martin untuk suatu siklus hidup
pengembangan yang dimaksudkan untuk menghasilkan sistem secara cepat tanpa
mengoorbankan kualitas. RAD memerlukan empat unsur penting yaitu manajemen,
manusia, metodologi, dan peralatan.
RANCANG ULANG PROSES BISNIS (business process
redesign)
Penggantian proses yang ketinggalan jaman dengan yang lebih baru disebut
rancang ulang proses bisnis (business process redesign) atau BPR (business
process reengineering) yaitu rekayasa ulang proses bisnis. BPR mempengaruhi
jasa informasi (IS) dalam dua cara, yaitu :
a. Pertama, IS dapat menerapkan BPR untuk
merancang ulang sistem berbasis computer yang tidak dapat dipertahankan lagi
melalui pemeliharaan sistem biasa. Sistem seperti itu disebut sistem warisan
(legacy system) karena terlalu berharga untuk dibuang tetapi memboroskan sumber
daya IS
b. Kedua, jika perusahaan menerapkan
BPR untuk berbagai operasi utamanya, usaha tersebut pasti menimbulkan dampak
gelombang yang mengakibatkan rancang ulang sistem berbasis computer.
IS telah menciptakan tiga teknik untuk menerapkan BPR pada CBIS.
Teknik-teknik ini dikenal sebagai tiga R – rekayasa mundur, restrukturisasi dan
rekayasa ulang. Komponen-komponen ini dapat diterapkan terpisah atau dalam
kombinasi.
1. Rekayasa Mundur
Rekayasa mundur berasal dari intelijen bisnis. Perusahaan-perusahaan
mengikuti perkembangan terakhir produk pesaing dengan membeli contoh produk dan
membongkarnya untuk melihat cara kerjanya.
Dalam hal komputer, rekayasa mundur (reverse engineering) adalah proses
menganalisis suatu sistem untuk mengidentifikasi elemen-elemennya dan antar
hubungannya, serta untuk menciptakan dokumentasi dalam tingkat abstraksi yang
lebih tinggi dari yang sekarang ada. Rekayasa mundur diterapkan pada suatu
sistem jika terdapat kebutuhan untuk menyiapkan dokumentasi baru.
Titik awal dalam merekayasa mundur suatu sistem adalah kode program, yang
diubah menjadi dokumentasi program seperti diagram tindakan, seperti Bahasa
Inggris terstruktur dan bagan arus program. Dokumentasi ini dapat, pada
gilirannya, diubah menjadi penjelasan yang lebih abstrak seperti diagram arus
data dan bagan arus sistem, Transformasi ini dapat dicapai secara manual atau
oleh perangkat lunak BPR.
Karena itu, rekayasa mundur mengikuti suatu alur mundur melalui siklus
hidup sistem dengan merekonstruksi rancangan dan perencanaan sistem ke usaha
pengembangan aslinya.
Hasilnya adalah sistem yang terdokumentasi secara menyeluruh. Namun sistem
itu masih melakukan tepat seperti yang dilakukan rancangan awalnya. Rekayasa
ulang tidak mengubah fungsionalitas suatu sistem – tugas yang dilaksanakannya.
Sebaliknya, tujuannya adalah lebih memahami suatu sistem sehingga dapat membuat
perubahan melalui cara-cara lain, seperti restrukturisasi atau rekayasa ulang.
2. Restrukturisasi
Restrukturisasi (restructuring) adalah transformasi suatu sistem menjadi
bentuk lain tanpa mengubah fungsionalitasnya. Contoh restrukturisasi yang baik
adalah transformasi suatu program yang ditulis pada tahun-tahun awal computer,
ketika hanya ada sedikit standar pemrograman, menjadi program dalam format
terstruktur atau modul-modul hierarkis. Setelah suatu program
direstrukturisasi, program itu kembali digunakan sehingga menghasilkan pola
lingkaran. Seperti halnya rekayasa mundur, restrukturisasi dapat dilakukan
dalam arah mundur melalui tiap tahap dari siklus hidup sistem. Hasilnya adalah
suatu sistem yang terstruktur lengkap – dari rencana ke kode
3. Rekayasa Ulang
Rekayasa ulang (reengineering) adalah rancang ulang lengkap suatu sistem
dengan tujuan mengubah fungsionalitasnya. Itu bukan pendekatan “hapus habis”
karena pengetahuan mengenai cara sistem yang sedang berjalan tidak diabaikan
sama sekali. Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan pertama-tama terlibat dalam
rekayasa mundur. Lalu sistem baru itu dan dikembangkan secara normal. Nama
rekayasa maju (forward engineering) diberikan untuk proses yang mengikuti
siklus hidup sistem secara normal saat terlibat dalam BPR.
Pemilihan
Komponen-komponen BPR
Komponen-komponen BPR (tiga R) dapat diterapkan secara terpisah atau dalam
kombinasi, tergantung pada tingkat perubahan yang diinginkan. Paduan yang tepat
tergantung pada keadaan sistem saat ini dalam hal kualitas teknis dan
fungsional. Kualitas fungsional adalah suatu ukuran mengenai apa yang dilakukan
sistem. Kualitas teknis sebaliknya merupakan suatu ukuran mengenai bagaimana
itu dilakukan.
Jika kualitas fungsional maupun teknis buruk, proyek rekayasa maju menjadi
keharusan. Keadaan begitu buruk sehingga paling baik mulai dari awal, mengikuti
langkah-langkah siklus hidup sistem secara normal. Jika fungsionalitas baik
tetapi kualitas teknis buruk, rekayasa mundur harus diikuti dengan
restrukturisasi. Rekayasa mundur menghasilkan dokumentasi yang memungkinkan
restrukturisasi. Jika fungsionalitas buruk tetapi kualitas teknik baik,
rekayasa ulang diperlukan. Dalam hal ini sistem mencerminkan teknik-teknik
modern, tetapi tidak melakukan pekerjaan yang tepat.
Menempatkan SLC,
Prototyping dan RAD dalam Perspektif
Siklus hidup sistem, prototyping dan RAD semuanya merupakan metodologi.
Tiga metodologi ini merupakan cara-cara yang dianjurkan dalam menerapkan sistem
berbasis computer.
SLC merupakan penerapan dari pendekatan sistem bagi masalah penerapan
sistem computer dan berisi semua elemen, dimulai dari identifikasi masalah dan
diakhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping merupakan bentuk pendek dari pendekatan sistem yang berfokus
pada definisi dan pemuasan kebutuhan pemakai. Prototyping dapat berada di dalam
SLC. Kenyataannya, salama proses pengembangan satu sistem tunggal mungkin
diperlukan banyak usaha prototyping.
RAD merupakan pendekatan alternatif untuk tahap rancangan dan penerapan
dari SLC. Sumbangan terbesar dari RAD adalah kecepatannya menghasilkan sistem
untuk digunakan, yang terutama dicapai melalui penggunaan peralatan-peralatan
berbasis computer dan tim-tim proyek yang terspesialisasi.
ok
BalasHapus